JERUSALEM - Api peperangan yang berkobar di Jalur Gaza tak hanya membara karena kontak senjata antara pejuang Hamas dan pasukan Israel. Tapi, juga karena trik dan intrik kedua kubu. Kalau Israel mengandalkan tipu daya via telepon, Hamas mengedepankan jebakan dan penyamaran.
Jebakan dipilih Hamas karena tak mungkin mereka berhadapan vis-a-vis dengan militer Israel yang unggul jauh dalam hal persenjataan. Jebakan mematikan mereka pasang di beberapa titik. Seperti ditulis The New York Times, Hamas juga menyamarkan identitas. Sayap militer Hamas hanya mengenakan pakaian sipil biasa selama konflik. Bahkan, petugas kepolisian pun dilarang mengenakan seragam dinas.
Mereka bergerak melalui terowongan-terowongan rahasia untuk melumpuhkan serdadu Israel dan menghancurkan tank milik Negeri Zionis itu. Agar leluasa, beragam jenis senjata mereka sembunyikan di masjid, pekarangan sekolah, atau rumah warga. Bahkan, berdasar laporan intelijen Israel, petinggi Hamas bersembunyi dan menyiapkan komando perang di bunker bawah tanah persis di bawah rumah sakit terbesar di Gaza.
Soal jebakan Hamas, Ron Ben-Yishai, wartawan perang senior harian Yediot Aharonot yang pernah ikut operasi malam pasukan Israel ke Zeitoun di utara Gaza menceritakan bagaimana para tentara Zionis tertipu sebuah manekin. Dalam tubuh manekin itu diisi bom, lalu disandarkan ke sebuah bangunan.
"Otomatis ketika sejumlah tentara menembak manekin itu karena dikira tentara Hamas, langsung saja meledak dan merobohkan gedung," kata Ben-Yishai kepada The New York Times.
Agar tak mati konyol terkena intrik Hamas, Israel juga menyiapkan sejumlah strategi. Antara lain, menggunakan rompi berbahan dasar keramik dan helm baja. Selain itu, setiap unit pasukan, disediakan beberapa anjing pelacak untuk mengendus keberadaan ranjau.
Bila hendak memasuki gedung, tidak langsung menerobos lewat pintu depan. Melainkan merayap dari sisi-sisi dinding. Sedapat mungkin mereka menghindari dinding-dinding yang bolong untuk mengantisipasi tembakan mendadak dari sniper (penembak jitu) berpakaian sipil.
Dalam bertempur, pasukan Israel juga tak lupa membawa senjata baru yakni, bom cerdas GBU-39. Ukurannya kecil, ringan, tapi akurat. Bom itu baru dibeli dari Amerika Serikat sebulan lalu.
Antisipasi lainnya, dengan menerapkan taktik tipu daya via telepon. Agen-agen intelijen Israel menelpon rumah-rumah warga sipil Gaza menggunakan bahasa Arab fasih. Dalam perbincangan telepon itu mereka mengaku sebagai warga Mesir, Arab Saudi, Yordania, atau Libia. Tentu, dialeknya juga disesuaikan dengan masing-masing negara tadi. Tak sedikit warga Gaza yang tertipu dan akhirnya secara tak sadar memberi informasi tentang keberadaan pejuang Hamas.
Namun, tak semua warga Gaza termakan trik itu. Karim Abu Shaban, 21, misalnya, pernah bisa mengendus taktik Israel tersebut. Pertama-pertama, kata warga Kota Gaza itu, si penelpon yang menggunakan aksen Mesir. (ape/ttg)
0 komentar:
Posting Komentar